Sempat Dijuluki Sebagai Gubernur Terbodoh Florida, DeSantis Kini Maju Menjadi Kandidat Presiden

gubernur terbodoh

Florida, sebagai salah satu wilayah di Amerika Serikat, menarik perhatian sebagai panggung politik di bawah kepemimpinan Gubernur DeSantis. Ia meraih kemenangan dalam pemilihan tahun lalu dengan selisih 19% dari kandidat pesaingnya, menandakan dukungan yang kuat dari warga Florida. Namun, prestasinya tidak berhenti di situ, karena kini DeSantis memperluas panggungnya dengan mencalonkan diri sebagai calon presiden. Langkah ini menunjukkan ambisi politiknya yang besar dan keyakinan diri dalam merangkul peran yang lebih besar di panggung nasional.

Profil DeSantis

DeSantis, meskipun sempat dianggap sebagai gubernur terbodoh di Florida, dapat membanggakan jejak pendidikan yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Dengan usianya yang kini mencapai 44 tahun, sebagian besar karirnya telah dihabiskan di bidang pelayanan pemerintah dan publik. Puncak pendidikannya terjadi di Harvard Law School, di mana perannya sebagai perwira Angkatan Laut Amerika Serikat membuktikan keteguhan dan dedikasinya.

Setelah lulus, DeSantis melanjutkan perjalanannya sebagai seorang pengacara dengan bergabung bersama Korps Advokat Umum Hakim. Peran utamanya adalah di kamp penjara militer di Teluk Guantanamo, Kuba. Di sana, ia tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai pengacara, tetapi juga berperan aktif dalam mengawasi perlakuan terhadap para tahanan. Pengalaman ini memberikan wawasan yang mendalam tentang isu-isu keadilan dan hak asasi manusia, membentuk bagian penting dari perjalanan karirnya.

Setelah pengalamannya di Teluk Guantanamo, DeSantis melanjutkan perjalanannya ke Irak, di mana dia dikerahkan sebagai penasihat untuk tim Navy SEAL. Pengabdian dan keahliannya terus berkembang, membuktikan dedikasinya terhadap tugas-tugas yang menantang. Selain itu, ia juga mengisi lembar karirnya sebagai asisten pengacara di Florida, Amerika Serikat, sebelum mendapatkan tawaran untuk menempati kursi kongres AS pada tahun 2012.

Perjalanan politiknya semakin menanjak saat ia memasuki Kongres, dan pada tahun 2018, DeSantis melangkah ke kancah gubernur. Karirnya yang impresif dan keteguhan dalam menjalankan tanggung jawabnya membuktikan dirinya sebagai figur yang patut diperhitungkan. Hingga saat ini, DeSantis terus memperluas jangkauan pengaruhnya, dengan mencalonkan diri sebagai kandidat presiden pada tahun 2024. Kehadirannya di panggung politik menjadi sorotan, dan para kandidat lainnya perlu memperhatikannya dalam persaingan memperebutkan kursi Presiden yang bergengsi.

Menjadi Kandidat Presiden Amerika Serikat Tahun 2024


Dengan keahlian DeSantis dalam meraih dukungan luas, terutama di wilayah yang dahulu dipimpinnya sebagai gubernur, ia kini semakin termotivasi untuk mengejar puncak karirnya, yakni sebagai seorang presiden. Bagaimana perjalanan yang menarik dari jabatan gubernur ini mengantarnya menjadi kandidat potensial untuk memperebutkan kursi Presiden AS pada tahun 2024?

Meskipun beberapa pakar politik meyakini bahwa DeSantis akan menjadi pesaing utama Donald Trump dalam pertarungan merebut kursi Presiden Amerika Serikat tahun 2024, sayangnya, tidak semua pemangku kepentingan politik menyambut baik ambisi pencalonan gubernur Florida ini.

Tidak hanya dari pihak berlawanan yang menentang langkahnya ke arah pencalonan presiden 2024, tetapi juga dari internal Partai Republik yang seharusnya menjadi pendukungnya, terdapat ketidaksetujuan terhadap figur DeSantis. Meski dihadapkan pada tantangan yang cukup berat, tekadnya untuk maju tidak tergoyahkan.

Selanjutnya, julukan yang diberikan kepada DeSantis oleh para pakar politik, yakni Gubernur Paling Berkuasa dalam sejarah negara bagian tersebut. Tentunya julukan ini tidak lepas dari perannya dalam berpolitik sebagai seorang gubernur pada masa jabatannya.

Hal ini terjadi karena dulunya DeSantis mengatakan jika dia memiliki mandat untuk mengambil keuntungan secara penuh atas kekuasaan yang diberikan kepadanya sebagai gubernur. Dia sudah menggunakan kekuatan tersebut guna memengaruhi UU, menghukum pengkritik, dan lain sebagainya.

Mendapat julukan “Gubernur Paling Berkuasa” dalam sejarah negara bagian, DeSantis memang telah membuktikan kekuasaannya selama masa jabatannya sebagai gubernur. Pemberian julukan ini tidak terlepas dari pendekatannya dalam dunia politik, di mana sebelumnya DeSantis menyatakan bahwa ia memiliki mandat penuh untuk memanfaatkan kekuasaan yang diberikan kepadanya sebagai kepala pemerintahan.

Pendekatan ini mencakup penggunaan kekuatan untuk memengaruhi undang-undang, memberlakukan hukuman terhadap para kritikus, dan berbagai langkah lainnya. Dengan demikian, julukan ini bukan sekadar sebuah gelar, melainkan hasil dari tindakan dan penggunaan kekuasaan yang kontroversial selama masa kepemimpinannya.

Sebagai pejabat yang mencatat sejarah dalam negara tersebut, DeSantis bukan hanya mendapatkan pengakuan sebagai figur paling bersejarah, tetapi juga memperoleh dukungan kuat dari Donald Trump. Awalnya, DeSantis mengapresiasi kinerja mantan Presiden AS tersebut melalui kampanye dan sebuah iklan TV yang mendukungnya. Strategi ini membantu DeSantis meraih kemenangan pada saat itu.

Tidak hanya itu, Trump juga secara terbuka memuji keberhasilan DeSantis, sambil menuduh rekan-rekannya dari Partai Republik yang tidak mendukungnya sebagai kurang setia dan terpengaruh oleh pertimbangan politik dalam menentang pencalonannya sebagai Presiden AS. Dari sini, namanya mulai mencuat dan dikenal luas di kalangan masyarakat.

Dalam pemilihan gubernur yang diketahui banyak orang, DeSantis berhasil memenangkan suara dengan selisih yang tipis, hanya sekitar 19%. Kemenangan dengan selisih sedemikian kecil ini membuatnya merasa tidak perlu memerintah dengan mencari konsensus yang luas. Pendekatan ini, meskipun kontroversial, membuatnya mencuat dalam sorotan banyak pakar politik di Amerika Serikat.

Tidak hanya itu, DeSantis juga berupaya mendorong badan legislatif negara untuk mengeluarkan larangan terhadap pengajaran Teori Ras Kritis. Teori ini mengemukakan pandangan bahwa bangsa mengalami pemisahan akibat rasisme yang bersifat sistemik. Langkah ini berdampak pada pembatasan bagi manajer aset dalam menggunakan faktor sosial, tata kelola, lingkungan, dan investasi.

Beberapa tahun yang lalu, pandemi COVID-19 menghantui masyarakat dan menimbulkan duka mendalam dengan banyaknya korban jiwa. Di tengah situasi sulit ini, hampir semua negara menerapkan kebijakan serupa, termasuk larangan kunjungan dari luar negeri, kewajiban memakai masker, dan langkah-langkah lainnya.

Namun, peran Gubernur Florida saat itu, DeSantis, mencuat sebagai perbedaan signifikan bahkan sempat dicap sebagai gubernur terbodoh. Dengan lugasnya, ia menolak menerapkan kebijakan penggunaan masker dan vaksin, serta bertekad memastikan bahwa bisnis di Florida tetap berjalan dan buka meskipun pandemi tengah melanda. Pendekatan ini tentu menjadi sorotan dalam konteks kebijakan pandemi yang umumnya cenderung lebih ketat.

Penutup

Tadi kita membahas tentang peresmian Gubernur Florida yang dianggap sebagai salah satu kandidat Presiden 2024. Kekuatan dan perannya dalam dunia politik semakin membuat lawan-lawannya resah. Bahkan, Trump sendiri mengakui bahwa Mantan Gubernur tersebut memiliki kekuatan yang kuat dalam pertarungan politik, membuatnya menjadi ancaman yang patut diperhitungkan.

Sumber: thebulwark.com

You May Also Like

About the Author: Wingki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *